Survei Desain Investigasi (SID) untuk program cetak sawah di lahan gambut merupakan langkah penting untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional. Namun, program ini menghadapi tantangan ekologis dan teknis yang harus diatasi secara hati-hati. Lahan gambut, terutama yang memiliki ketebalan kurang dari tiga meter, sering kali menjadi sasaran untuk dikembangkan dalam berbagai sektor seperti pertanian, kehutanan, perkebunan, dan perikanan. Meskipun demikian, lahan gambut dengan ketebalan lebih dari tiga meter perlu dipertahankan sebagai kawasan lindung guna mendukung konservasi, sesuai dengan prinsip pengelolaan yang berkelanjutan.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam pengelolaan lahan gambut dangkal untuk budidaya pertanian adalah keberadaan pirit (FeS₂), mineral sulfat yang dapat teroksidasi dan menghasilkan asam sulfat. Proses oksidasi pirit ini menyebabkan penurunan pH tanah secara drastis, merusak struktur tanah, dan menghambat pertumbuhan tanaman. Keberadaan pirit, terutama jika lahan gambut digali atau dikeringkan berlebihan, menjadi ancaman signifikan bagi kesuksesan pertanian di lahan gambut.
Menurut Dr. Makruf Nurudin, S.P., M.P., salah satu ahli dalam survei ini, penting untuk melakukan pendekatan yang hati-hati dalam mengelola lahan gambut untuk pertanian. Teknik ameliorasi tanah, seperti pengapuran, dapat digunakan untuk menetralkan keasaman tanah, sedangkan pengelolaan tata air yang ketat diperlukan untuk mencegah oksidasi pirit lebih lanjut. Selain itu, survei mendalam mengenai kedalaman gambut dan potensi keberadaan pirit sangat penting sebelum memulai program cetak sawah. Dengan pemahaman yang baik tentang kondisi tanah, langkah-langkah mitigasi dapat diterapkan untuk memastikan hasil yang optimal dan ramah lingkungan.
Melalui pendekatan berbasis keberlanjutan ini, program cetak sawah di lahan gambut dapat memberikan peluang besar untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional. Keberhasilan program ini tidak hanya bergantung pada pengelolaan teknis, tetapi juga pada perhatian terhadap ekosistem gambut yang memiliki peran penting dalam mitigasi perubahan iklim. Lahan gambut yang dikelola dengan benar dapat berfungsi sebagai penyimpan karbon yang efektif, sejalan dengan tujuan SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim, yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan melindungi ekosistem alam.
Lebih jauh lagi, program ini mendukung SDG 2: Tanpa Kelaparan, dengan meningkatkan produktivitas pertanian melalui pemanfaatan lahan yang lebih efisien dan berkelanjutan. Dengan demikian, kegiatan survei desain investigasi cetak sawah ini berperan penting tidak hanya dalam meningkatkan hasil pertanian, tetapi juga dalam menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung upaya mitigasi perubahan iklim.
Survei ini menjadi langkah awal yang krusial untuk memastikan bahwa program cetak sawah dapat berhasil dan memberikan manfaat jangka panjang bagi ketahanan pangan, tanpa merusak lingkungan. Dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan para ahli, diharapkan program ini dapat memberikan kontribusi positif dalam mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan di Indonesia.
Penulis: Riska Ayu Purnamasari
Editor: Tantriani